Jumat, 30 November 2012
Manajemen Material
Manajemen Material
Di dalam sistem Suplai – Produksi – Distribusi, aliran material dapat dikelompokkan menjadi 3 fase, yakni :
- Bahan baku (raw material), mulai didapat dari supplier sampai diterima di bagian manufacturing
- Material yang sedang diproses di manufacturing (work in process)
- Barang jadi (finished goods), yang didistribusikan ke konsumen
Sistem suplai - Produksi - Distribusi
Tujuan Perusahaan :
- Customer service yang tinggi
- Production cost yang rendah
- Inventory investment yang rendah
- Distribution cost yang rendah
semua yang diatas akan menghasikan PROFIT BESAR
Manajemen Material :
Perencanaan dan pengendalian material; mengatur persediaan material dari bahan baku sampai barang jadi yang akan dikirim ke konsumen, dengan tujuan memaksimumkan kepuasan pelanggan, meminimumkan biaya operasional dan meminimumkan investasi persediaan.
Faktor Penyebab “Ketidaksesuaian” Suplai dan Permintaan
- Waktu : ada waktu yang diperlukan untuk melakukan proses produksi dan distribusi (lead time)
- Discontinuity : seringkali terjadi karena proses / operasi produksi yang dependent
Jenis persediaan menurut Kebutuhan:
- Bahan Baku (Raw Material)
Item yang dibeli dari supplier sebagai input untuk produksi meliputi : bahan baku, komponen dan sub-assembly
- In-Process Goods
Bahan baku yang sudah masuk ke proses produksi, sedang dikerjakan atau masih menunggu untuk dikerjakan
- Barang Jadi (Finished Goods)
Barang jadi yang siap untuk dijual, didistribusikan, digudangkan
- Supplies
Bukan bagian dari final product tetapi merupakan barang pendukung seperti : paper, disket, lampu,pensil, dll.
Factory Supplies
MRO Supplies (Maintenance, Repair and Operating); item yang digunakan untuk mendukung proses produksi tetapi bukan bagian dari proses produksi.
Misal : spare part
Jenis persediaan menurut Manfaat:
- Working stock : persediaan sesuai dengan keperluan mendatang
- Safety stock : persediaan untuk antisipasi fluktuasi permintaan
- Anticipating stock : persediaan untuk permintaan musiman, libur, mogok
- Decoupling stock : akumulasi persediaan antar aktivitas yang dependent
BIAYA PERSEDIAAN
- Purchase Cost = Production Cost
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi satu unit
Harga beli/unit
eksternal (termasuk transportasi)
Harga produksi/unit
internal (termasuk upah buruh, materail, dan overhead)
- Order Cost = Setup Cost
Internal Cost set up cost termasuk perpindahan proses produksi, persiapan/set up produksi, penjadualan pekerjaan, ekspedisi dan kualitas
Eksternal Cost order cost termasuk biaya pembuatan daftar kebutuhan, menganalisis rekanan, pembuatan order pembelian, penerimaan material, dll
- Holding Cost = Carrying cost
Biaya yang timbul karena penyim-panan, meliputi :
Capital cost
Biaya karena obsolescence ketinggalan jaman
Biaya karena shrinkage hilang/dicuri
Biaya karena deterioration umur
- Stock-out Cost (Depletion Cost)
Merupakan konsekuensi ekonomis karena terjadi kekurangan baik akibat internal maupun eksternal perusahaan
Kekurangan internal :
Order sebuah grup/departemen tidak bisa dipenuhi dalam organisasi itu sendiri. Misal : idle, delay in compe-tition
Kekurangan eksternal :
Order konsumen tidak dapat dipenuhi sehingga menimbulkan :
- Backorder
- Present profit loss (potential sales)
- Future profit loss (goodwill erotion)
Problem Persediaan (menurut kate-gori organisasi)
1. Retail System
Mensuplai konsumen dengan barang/jasa tanpa melakukan konversi/transformasi
Barang masalah : suplai dan finished good
Jasa masalah : suplai
Grosir/sistem distribusi :
Membeli dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke retailer
Retailer masalah : suplai dan finished good
2. Manufacturing
Raw Material, WIP, finished goods
INVENTORY CONTROL SYSTEM
1. Continuous Inventory Systems (fixed order quantity systems)
Apabila inventory barang berkurang daripada level yang ditentukan, pesanan order baru akan ditempatkan untuk menggantikan stok tersebut sesuai angka yang sudah ditentukan (reorder point)
Keuntungan :
Monitoring yang kontinyu sehing- ga manajemen selalu dapat mengetahui posisi status inven- tory
Pesanan order yang ditempatkan merupakan angka / jumlah yang tetap dan berdampak minimalisasi biaya total inventory
Kerugian :
Monitoring yang terus menerus akan berdampak timbul biaya untuk penanganannya
2. Periodic Inventory Systems (fixed time period systems)
Inventory yang ada dihitung berdasarkan tenggang waktu pembelian yang tertentu seperti setiap minggu, setiap akhir bulan. Inventory level tidak dimonitoring setiap saat selama kurun waktu interval yang ditentukan.
Umumnya cocok untuk inventory dalam jumlah yang sangat besar dan kemungkinan kecil kehabisan stok lebih awal dalam periode yang sudah ditentukan. Jumlah order ditentukan secara periodic pada saat pesanan dibuat.
Keuntungan :
Sedikit/jarang dan tidak diperlu- kan pengamatan data/record
Kerugian :
Lemah dalam monitoring secara langsung
3. ABC Classification System
Metode untuk pengamatan inventory dengan mengklasifikasi item dalam kelompok A Class, B Class, dan C Class
contoh:
ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
Model formula EOQ diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris pada tahun 1915
Fungsi EOQ
Menentukan besar order yang optimal dengan total biaya persediaan yang minimum
Dua model EOQ :
EOQ Model Basic
EOQ Model dengan penerimaan non instan
1. EOQ Model Basic
Menetukan besar order yang op-timal dengan meminimalkan jumlah biaya penyimpanan (carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost)
Asumsi yang digunakan :
- Permintaan diketahui dengan jumlah tertentu dan waktu yang konstan
- Tidak ada shortage
- Lead time penerimaan order konstan
- Jumlah order diterima semua dalam suatu waktu
Siklus order (order cycle) :
Waktu antara penerimaan barang dari suatu order dalam suatu siklus persediaan (inventory)
Dalam model ini digambarkan :
Q = jumlah order
R = Re Order Point (ROP) yaitu titik pemesanan barang kembali
Total biaya pemesanan tahunan (annual ordering cost) dapat dihitung dengan mengalikan biaya per order (cost per order = C0) dan permintaan selama setahun (annual Demand = D), dan jumlah order (order size = Q)
C0 . D
Annual ordering cost =
Q
Biaya penyimpanan (carrying cost) dapat dihitung :
C0 . Q
Annual carrying cost =
2
Total biaya persediaan (annual inventory cost) adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
FORECASTING
Input dalam perencanaan produksi maupun persediaan diperlukan prediksi jumlah permintaan pada periode yang akan datang. Prediksi atau estimasi jumlah permintaan di masa mendatang dikenal dengan peramalan (forecasting)
Ruang lingkup peramalan bukan hanya mencakup forecast permintaan saja tetapi juga prediksi atau forecast pendapatan, biaya, profit dan perubahan teknologi.
Factor-factor yang dapat mempe-ngaruhi fluktuasi permintaan :
Kondisi umum bisnis dan ekonomi
Aksi dan reaksi competitor
- Tindakan pemerintah
- Trend market
- Inovasi teknologi
SUMBER INFORMASI : http://grafiscetak.blogspot.com/2011/04/manajemen-material.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar