Halaman

Jumat, 30 November 2012

Perencanaan kapasitas portal beton pratekan parsiil di daerah gempa berdasarkan SKSNI-T-15-1991-03 dan evaluasi perilaku inelastisnya

Perencanaan kapasitas portal beton pratekan parsiil di daerah gempa berdasarkan SKSNI-T-15-1991-03 dan evaluasi perilaku inelastisnya


Abstract

Sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan akan suatu ruang yang luas yang bebas kolom, maka alternatip pemakaian portal beton pratekan merupakan solusi yang tepat. Pada tugas akhir ini, penulis berusaha untuk menyusun suatu prosedur perencanaan kapasitas untuk portal beton pratekan parsiil berdasarkan SK-SNI-T-15-1991- 03C7], karena selama ini belum ada suatu prosedur umum yang dipakai untuk perencanaan kapasitas portal beton pratekan parsiil di Indonesia. Pada perencanaan kapasitas portal beton pratekan yang perlu diperhatikan adalah kemampuan struktur tersebut untuk melakukan suatu deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang berarti selama terjadinya gempa. Untuk dapat menghasilkan suatu deformasi inelastis yang diharapkan maka elemen struktur tersebut harus direncanakan dan didetail sebaik mungkin sehingga elemen struktur tersebut mempunyai daktilitas rotasi yang cukup untuk memungkinkan terjadinya suatu mekanisme yang diharapkan. Dalam tugas akhir ini dibahas beberapa topik daktilitas rotasi, antara lain persyarataan daktilitas rotasi yang harus dipenuhi sehubungan dengan adanya prategangan, daktilitas rotasi yang harus disediakan sehubungan dengan adanya tuntutan daktilitas simpangan yang diberikan. Selain itu juga dilakukan pengecekan lebar retak sehubungan dengan adanya redistribusi raomen yang dilakukan pada balok-baloknya. Dari pembahasan yang dilakukan dapat disusun suatu prosedur perencanaan kapasitas untuk portal beton pratekan parsiil. Dengan prosedur tersebut dikerjakan dua buah contoh soal perhitungan portal beton pratekan parsiil untuk struktur 6 lantai dengan bentang 25 m dan struktur 10 lantai dengan bentang 10 m. Pada akhir dari perencanaan yang telah dikerjakan dilakukan suatu evaluasi perencanaan. Dimana pada evaluasi tersebut struktur yang telah direncanakan dilakukan analisa inelastis riwayat waktu yang dilakukan dengan suatu program bantu Ruaumoko. Tujuan dari analisa ini adalah untuk memeriksa apakah perilaku dari struktur tersebut cukup memuaskan selama terjadinya gempa. Struktur yang dievaluasi adalah struktur yang telah dikerjakan sesuai dengan prosedur perencanaan yang telah disusun. Dari hasil analisa inelastis riwayat waktu dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Untuk struktur 6 lantai bentang 25 m Untuk gaya geser maksimum pada kolom sepanjang tinggi gedung selama terjadinya gempa selalu lebih besar dari gaya geser rencana kolomnya. Tetapi karena adanya faktor reduksi kekuatan pada perhitungan penulangan geser yang ada pada SK SNI T-15-1991-03 sehingga kekurangan gaya geser rencana tersebut masih dapat dipenuhi oleh kapasitas geser yang ada pada penampang. Sedang untuk momen maksimum yang terjadi pada kolom selama terjadinya gempa juga melampaui momen rencana kolomnya. Untuk kolom tepi karena adanya faktor reduksi kekuatan kekurangan tersebut dapat dipenuhi, untuk kolom tengah kekurangan tersebut tidak dapat dipenuhi. Daktilitas kurvatur pada baloknya selalu dapat memenuhi daktilitas kurvatur yang terjadi akibat gempa. 2. Untuk struktur 10 lantai bentang 10 m Untuk struktur yang direncanakan sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 dimana batasan 1.05 (D+L+4/K E) lebih menentukan, gaya geser maksimum yang terjadi akibat gempa selalu lebih besar dari gaya geser rencana. Tetapi karena adanya persyaratan penulangan geser minimum yang ada pada SK SNI T-15-1991-03 kekurangan gaya geser rencana tersebut masih dapat dipenuhi oleh kapasitas geser terpasang. Sedang jika direncanakan dengan perencanaan kapasitas maka gaya geser rencana tersebut dapat lebih besar dari gaya geser maksimum yang terjadi selama gempa. Momen maksimum yang terjadi selama gempa selalu lebih besar dari momen rencana kolom. Kapasitas penampang yang didapat dari batasan 1.05 (D+L+4/K E) masih belum dapat memenuhi kekurangan momen maksimum. Sedang untuk kapasitas penampang yang direncanakan sesuai dengan perencanaan kapasitas kekurangan tersebut dapat
Item Type:Thesis (Bachelor)
Uncontrolled Keywords:prestressed concrete, portal
Subjects:UNSPECIFIED
Divisions:UNSPECIFIED
Depositing User:Admin
Date Deposited:23 Mar 2011 18:48
Last Modified:28 Mar 2011 11:33
URI:http://repository.petra.ac.id/id/eprint/13723

Manajemen Material


Manajemen Material


Di dalam sistem Suplai – Produksi – Distribusi, aliran material dapat dikelompokkan menjadi 3 fase, yakni :

- Bahan baku (raw material), mulai didapat dari supplier sampai diterima di bagian manufacturing
- Material yang sedang diproses di manufacturing (work in process)
- Barang jadi (finished goods), yang didistribusikan ke konsumen


Sistem suplai - Produksi - Distribusi

Tujuan Perusahaan :
- Customer service yang tinggi
- Production cost yang rendah
- Inventory investment yang rendah
- Distribution cost yang rendah
semua yang diatas akan menghasikan PROFIT BESAR



Manajemen Material :
Perencanaan dan pengendalian material; mengatur persediaan material dari bahan baku sampai barang jadi yang akan dikirim ke konsumen, dengan tujuan memaksimumkan kepuasan pelanggan, meminimumkan biaya operasional dan meminimumkan investasi persediaan.

Faktor Penyebab “Ketidaksesuaian” Suplai dan Permintaan
- Waktu : ada waktu yang diperlukan untuk melakukan proses produksi dan distribusi (lead time)
- Discontinuity : seringkali terjadi karena proses / operasi produksi yang dependent

Jenis persediaan menurut Kebutuhan:
- Bahan Baku (Raw Material)
Item yang dibeli dari supplier sebagai input untuk produksi meliputi : bahan baku, komponen dan sub-assembly
- In-Process Goods
Bahan baku yang sudah masuk ke proses produksi, sedang dikerjakan atau masih menunggu untuk dikerjakan
- Barang Jadi (Finished Goods)
Barang jadi yang siap untuk dijual, didistribusikan, digudangkan
- Supplies
Bukan bagian dari final product tetapi merupakan barang pendukung seperti : paper, disket, lampu,pensil, dll.

Factory Supplies

MRO Supplies (Maintenance, Repair and Operating); item yang digunakan untuk mendukung proses produksi tetapi bukan bagian dari proses produksi.
Misal : spare part

Jenis persediaan menurut Manfaat:
- Working stock : persediaan sesuai dengan keperluan mendatang
- Safety stock : persediaan untuk antisipasi fluktuasi permintaan
- Anticipating stock : persediaan untuk permintaan musiman, libur, mogok
- Decoupling stock : akumulasi persediaan antar aktivitas yang dependent

BIAYA PERSEDIAAN
- Purchase Cost = Production Cost
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi satu unit
Harga beli/unit
eksternal (termasuk transportasi)
Harga produksi/unit
internal (termasuk upah buruh, materail, dan overhead)
- Order Cost = Setup Cost
Internal Cost set up cost termasuk perpindahan proses produksi, persiapan/set up produksi, penjadualan pekerjaan, ekspedisi dan kualitas
Eksternal Cost order cost termasuk biaya pembuatan daftar kebutuhan, menganalisis rekanan, pembuatan order pembelian, penerimaan material, dll
- Holding Cost = Carrying cost 
Biaya yang timbul karena penyim-panan, meliputi :
Capital cost
Biaya karena obsolescence ketinggalan jaman
Biaya karena shrinkage hilang/dicuri
Biaya karena deterioration umur
- Stock-out Cost (Depletion Cost)
Merupakan konsekuensi ekonomis karena terjadi kekurangan baik akibat internal maupun eksternal perusahaan
Kekurangan internal :
Order sebuah grup/departemen tidak bisa dipenuhi dalam organisasi itu sendiri. Misal : idle, delay in compe-tition

Kekurangan eksternal :
Order konsumen tidak dapat dipenuhi sehingga menimbulkan :
- Backorder
- Present profit loss (potential sales)
- Future profit loss (goodwill erotion)

Problem Persediaan (menurut kate-gori organisasi)
1. Retail System
Mensuplai konsumen dengan barang/jasa tanpa melakukan konversi/transformasi
Barang masalah : suplai dan finished good
Jasa masalah : suplai
Grosir/sistem distribusi :
Membeli dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke retailer
Retailer masalah : suplai dan finished good
2. Manufacturing

Raw Material, WIP, finished goods

INVENTORY CONTROL SYSTEM

1. Continuous Inventory Systems (fixed order quantity systems)
Apabila inventory barang berkurang daripada level yang ditentukan, pesanan order baru akan ditempatkan untuk menggantikan stok tersebut sesuai angka yang sudah ditentukan (reorder point)
Keuntungan :
Monitoring yang kontinyu sehing- ga manajemen selalu dapat mengetahui posisi status inven- tory
Pesanan order yang ditempatkan merupakan angka / jumlah yang tetap dan berdampak minimalisasi biaya total inventory
Kerugian :
Monitoring yang terus menerus akan berdampak timbul biaya untuk penanganannya

2. Periodic Inventory Systems (fixed time period systems)
Inventory yang ada dihitung berdasarkan tenggang waktu pembelian yang tertentu seperti setiap minggu, setiap akhir bulan. Inventory level tidak dimonitoring setiap saat selama kurun waktu interval yang ditentukan. 
Umumnya cocok untuk inventory dalam jumlah yang sangat besar dan kemungkinan kecil kehabisan stok lebih awal dalam periode yang sudah ditentukan. Jumlah order ditentukan secara periodic pada saat pesanan dibuat.
Keuntungan :
Sedikit/jarang dan tidak diperlu- kan pengamatan data/record
Kerugian :
Lemah dalam monitoring secara langsung
3. ABC Classification System
Metode untuk pengamatan inventory dengan mengklasifikasi item dalam kelompok A Class, B Class, dan C Class



contoh:

ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

Model formula EOQ diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris pada tahun 1915

Fungsi EOQ
Menentukan besar order yang optimal dengan total biaya persediaan yang minimum 
Dua model EOQ :
EOQ Model Basic
EOQ Model dengan penerimaan non instan

1. EOQ Model Basic
Menetukan besar order yang op-timal dengan meminimalkan jumlah biaya penyimpanan (carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost)

Asumsi yang digunakan :
- Permintaan diketahui dengan jumlah tertentu dan waktu yang konstan
- Tidak ada shortage
- Lead time penerimaan order konstan
- Jumlah order diterima semua dalam suatu waktu
Siklus order (order cycle) :
Waktu antara penerimaan barang dari suatu order dalam suatu siklus persediaan (inventory)
Dalam model ini digambarkan :
Q = jumlah order
R = Re Order Point (ROP) yaitu titik pemesanan barang kembali



Total biaya pemesanan tahunan (annual ordering cost) dapat dihitung dengan mengalikan biaya per order (cost per order = C0) dan permintaan selama setahun (annual Demand = D), dan jumlah order (order size = Q)

C0 . D
Annual ordering cost = 
Q
Biaya penyimpanan (carrying cost) dapat dihitung :

C0 . Q
Annual carrying cost =
2
Total biaya persediaan (annual inventory cost) adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

FORECASTING
Input dalam perencanaan produksi maupun persediaan diperlukan prediksi jumlah permintaan pada periode yang akan datang. Prediksi atau estimasi jumlah permintaan di masa mendatang dikenal dengan peramalan (forecasting)
Ruang lingkup peramalan bukan hanya mencakup forecast permintaan saja tetapi juga prediksi atau forecast pendapatan, biaya, profit dan perubahan teknologi.
Factor-factor yang dapat mempe-ngaruhi fluktuasi permintaan :
Kondisi umum bisnis dan ekonomi
Aksi dan reaksi competitor
- Tindakan pemerintah
- Trend market
- Inovasi teknologi

SUMBER INFORMASI : http://grafiscetak.blogspot.com/2011/04/manajemen-material.html

Proses BISNIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR


PROSES BISNIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR

1. Quote to cash :
Dimulai dari identifikasi pelanggan yang qualified dimana pelanggan tersebut membutuhkan produk /jasa yang di hasilkan sampai penerimaan pembayaran dari pelanggan tersebut.
2. Procure to pay:
Dimulai dari order pemesanan ke supplier/vendor sampai pembayaran ke supplier/vendor
3. Plan to perfom:
Didalamnya terdapat demand forecast, material planning, capacity planning dan distribution planning. Kalau dilihat dari ilustrasi diatas proses ini meliputi kelima proses lainnya karena dalam proses planning dibutuhkan informasi laiinya seperti salah satu contoh untuk merencanakan demand forecast sangat dibutuhkan data inventory yang ada.
Deman forecast adalah peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk – produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang
Material planning merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen
Capacity Planning adalah kapasitas output maksimum dari suatu mesin dalam rentan waktu tertentu
Distribution Planning adalah tata cara pemilihan model pendistribusian.
4. Manufacturing operations:
Dimulai dengan menerima pesanan (order) dari pelanggan sampai produk/jasa dikirim ke pelanggan. Ada tiga tipe proses di manufaktur yaitu : discrete, lot-based dan flow (process)

5. Product life cycle:
Didalamnya mengatur dari konsep produk / jasa sampai sudah tidak di produksi (obsolete) dan juga terdapat informasi produk/jasa revisi,upgrade . Jadi intinya disini terdapat semua informasi produk / jasa.
6. Financial management:
Didalamnya ada AR, AP , General Ledger ,Fixed Asset dan standar pelaporan keuangan.

http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2220371-proses-bisnis-perusahaan-manufaktur/
Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2220371-proses-bisnis-perusahaan-manufaktur/#ixzz2Dh6SD8Zv

Apa itu Capacity Management?



Apa itu Capacity Management?

Capacity Management adalah gabungan antara Capacity Planning dengan Performance Management. Betulkah demikian?.
Kadang-kadang orang hanya mempermasalahkan atau membicarakan hanya mengenai Capacity Planning, apakah Anda sering mendengar pertanyaan: “Apakah di perusahaan Anda sudah dilakukan Capacity Planning?”. Seolah-olah Capacity Planning adalah berdiri sendiri, padahal seharusnya berlaku ketentuan bahwa Capacity Planning akan berhasil dilakukan secara optimal jika disertai dengan kegiatan Performance Management.


Kegiatan Capacity Management bertujuan untuk optimasi unjuk kerja dan efisiensi, dan untuk membuat perencanaan terkait investasi finansial. Capacity management berhubungan dengan:
  • Monitoring the performance and throughput or load on a server, server farm, or property
  • Performance analysis of measurement data, including analysis of the impact of new releases on capacity
  • Performance tuning of activities to ensure the most efficient use of existing infrastructure
  • Understanding the demands on the Service and future plans for workload growth (or shrinkage)
  • Influences on demand for computing resources
  • Capacity planning – developing a plan for the Service
Definisi Capacity Management menurut ITIL V.3 adalah: [Service Design] The Process responsible for ensuring that the Capacity of IT Services and the IT Infrastructure is able to deliver agreed Service Level Targets in a Cost Effective and timely manner. Capacity Management considers all Resources required to deliver the IT Service, and plans for short, medium and long-term Business Requirements.
Silakan kunjungi IT Governance Online untuk melihat dan menyimak pembahasan yang lebih lengkap terkait Teknologi Informasi dan Komunikasi.


link : http://www.teknologiinformasidankomunikasi.com/general/apa-itu-capacity-management/

Kamis, 29 November 2012

Perencanaan Proses Produksi


Perencanaan Proses Produksi
   Oleh : Palimirma



Kamis, 17 Maret 2011 21.05 WIB
(Vibizmanagement - Quality) - Manajemen produksi merupakan proses kegiatan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinate) dari proses produksi. Selain itu manajemen produksi didefinisikan juga sebagai  usaha pengelolaan  dengan cara optimal terhadap faktor-faktor produksi atau sumber seperti manusia, tenaga kerja, mesin dan bahan baku yang ada. Tujuan Manajemen Produksi adalah memproduksi atau mengatur produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam jumlah, kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan perencanaan produksi sebagai salah satu bagian dari manajemen produksi sangat menentukan bagaimana suatu produksi berjalan. Tujuan dari perencanaan produksi harus tegas, jelas dan mudah dimengerti. Seringkali perencanaan harus mengalami perubahan, oleh karena itu perencanaan harus besifat luwes dan terbuka untuk dapat dirubah bila diperlukan.  Sifat luwes ini mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya harus dimonitor dan dikendalikan terus menerus yang disesuaikan dengan kondisi yang ada namun perencanaan harus tetap pada tujuan yang ditetapkan.

Perencanaan juga merupakan fungsi  pemilihan langkah-langkah apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan. Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya maka  perencanaan harus dibuat ketat namun tidak kaku, artinya dapat dirubah sewaktu-waktu . Tapi  perlu diperhatikan baik-baik agar tidak menimbulkan kesulitan. Perencanaan berawal dari suatu hasil pemikiran yang rasional dimana di dalamnya terdapat dugaan/perkiraan, perhitungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Selain suatu perencanaan harus memiliki   tujuan yang jelas dan mudah dimengerti, maka perencanaan harus terukur  dan mempunyai standard tertentu.

Perencanaan bisa juga dianggap sebagai tahap persiapan / tindakan pendahuluan sehingga dapat mulai dipikirkan  penyimpangan yang mungkin terjadi

Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan pengendalian persediaan sehingga sebagian besar perusahaan manufacture menempatkan fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan dalamsatu kesatuan. Ditinjau dari bentuk industri, perencanaan produksi suatu perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya terdapat perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan pada perusahaan yang sejenis.

Tujuan produksi bagi perusahaan adalah barang dengan spesifikasi tertentu memenuhi permintaan pelanggan. Tujuan tersebut dituangkan dalam Order Confirmation yang dibuat oleh bagian penjualan. Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan produksi sepenuhnya  dirumuskan oleh sales department, berdasarkan order yang telah diterima. Karena tujuan produksi dirumuskan berdasarkan order yang telah diterima maka dalam fungsi perencanan produksi pengaruh forecasting pada sistem perencanaan produksi dapat dikatakan tidak signifikan. Untuk mencapai tujuan, khususnya dalam perencanaan produksi dan pengendalian persediaan perusahaan perlu menyediakan fasilitas komunikasi  dan sistem informasi yang mendukung sistem pengolahan data terdistribusi. Program aplikasi database management system yang terintegrasi dengan sistem lainnya di lingkungan perusahaan sehinngga bagian perencanaan produksi dan pengendalian persediaan memiliki sarana yang cukup handal yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Bagian perencanaan dengan  mudah dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam menyusun perencanaan produksi.

Agar masing-masing fungsi yang terdapat dalam Sistem perencanaan dan bagian terkait dengan sistem perencanaan produksi dapat menjalankan kerja dan tanggungjawabnya sesuai  dengan sistem, maka setiap  personal  disyaratkan mengenal sistem akuntansi komputer dan procedure yang diterapkan.  Dengan demikian efektifitas kerja dapat ditingkatkan.

Dalam usaha mencapai tujuan perencanaan produksi terdapat berbagai macam permasalahan sesuai dengan proses yang akan dilaksanakan, kemudian dirumuskan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bagaimana cara pengendaliannya.  Keberhasilan dalam membuat perencanaan produksi dan pencapaiannya tidak hanya tergantung pada organisasi  bagian perencanaan itu sendiri, melainkan sangat tergantung pada struktur organisasi secara keseluruhan dan sistem  yang diterapkan.

Kegagalan dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaan sistem informasi tidak efektif, bahkan sering terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat tidak memahami informasi yang ditampilkan  oleh sistem informasi yang tersedia. Manajer bagian prencanaan mutlak harus memahami sistem informasi yang digunakan, karena sistem informasi yang digunakan adalah berbasis komputer maka manajer bagian perencanaan produksi dan pengendalian persediaan serta bagian yang terkait langsung dengan bagian tersebut harus memahami dan mengerti sistem komputer yang digunakan. Jika tidak maka terbuka peluang untuk mengambil keputusan-keputusan yang keliru. Kelancaran proses produksi ditentukan oleh tingkat kematangan penjadwalan produksi. Dalam menyusun perencanaan harus memperhatikan berbagai element dari berbagai bagian sehingga sangat memerlukan sistem yang terintegrasi dan harus didukung dengan fasilitas yang memadai.
Perencanaan produksi dituntut harus lebih besifat (sales oriented) namun di sisi lain tanpa mengabaikan efisiensi dan kelancaran proses produksi.Kemampuan sumber daya manusia sangat tergantung pada sistem yang diterapkan.  Tidak jarang orang yang mampu tidak dapat berbuat karena terikat oleh sistem dan fasilitas yang tersedia. Pembagian tugas dan tanggung jawab harus jelas dan dilakukan pengukuran efektifitas kerja. (Standard operational process) dan (Standard Instruction Process) harus dipahami oleh bagian operasional dan juga bagian perencanaan.   

Perencanaan produksi sangat tergantung pada kapasitas, jenis perusahaan, sumberdaya  dan jenis produksi yang dikerjakan. Berdasarkan hal tersebut perusahaan yang mengerjakan order yang terputus-pustus berdasarkan permintaan pelanggan yang pemenuhannya pada waktu yang akan datang,  tingkat kesulitan dalam menyusun perencanaan jauh lebih sulit  dibanding perusahaan yang mengerjakan produksi continue. Pengukuran keberhasilan perencanaan tidak tepat untuk dibandingkan dengan perusahaan lain karena perbedaan kelengkapan, kapasitas dan sumberdaya  apalagi dibanding dengan perusahaan lain yang tidak sejenis.

Faktor penting dalam melakukan pengukuran adalah standar produksi meliputi waktu, mutu, jumlah yang dapat dihasilkan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu di perusahaan ini.  Pengukuran perlu dilakukan secara terus-menerus sehingga keputusan yang diambil untuk pengembangan jangka panjang mempunyai dasar yang objectif.
Fungsi perencanaan produksi yang bertanggung jawab atas tersedianya material produksi dan material pembantu agar  proses produksi dapat berjalan sesuai rencana yang ditetapkan. Keperluan meminimumkan persediaan berhubungan dengan besarnya biaya yang diperlukan  oleh persediaan yaitu :
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat  merupakan suatu proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.

Salah satu metoda perencanaan produksi yang banyak digunakan misalnya perencanaan Agregat.  Sebagai contoh, beberapa fungsi perencanaan agregat adalah sebagai berikut;
1.    Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategi perusahaan
2.    Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3.    Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4.    Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat    penyesuaian
5.    Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian
6.    Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.

http://managedaily.co.id/journal/index/category/quality_management/111/20

Pengembangan Kapasitas Perencanaan Daerah Dalam Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu Di Pantai Timur, Propinsi Sumatera Utara


Pengembangan Kapasitas Perencanaan Daerah Dalam Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu Di Pantai Timur, Propinsi Sumatera Utara


ABSTRACT

This research focused on planning capacity building for the integrated coastal management. The orientation is to formulate the alternative of capacity development of coastal management plan that able to maintain the quality of environment and increase the economy and social culture of coastal community. The research is conducted in subdistrict of Langkat, Deli Serdang and Asahan, East Coast of North Sumatera where Marine Coastal Resource Management Program (MCRMP) activity located. The reasearch is conducted by comparison descriptive method, and analysed through qualitative and quantitative. Policy priority will be determined by Analytical Hierarchy Process (AHP). Research output indicated that have relate between damage mangrove ecosystem condition with low community’s social economy condition. The low community’s social economy condition relate to capacity building of coastal management in East Coast North Sumatera Province. Community’s social culture condition and pattern of using mangrove ecosystem resources is properly conducted. In other hand the indicator of using marine and coastal resources is low. This condition is less relate to capacity building of coastal management. The research’s output showed that is no significant difference however, in condition of social economy, social culture and patern of using marine and coastal resources between villages that conduct MCRMP program and villages with no MCRMP program. Based on AHP analysis, human resources is the first priority in building the capacity of marine and coastal management plan in east coast of north Sumatera, followed by cooperation, rules and organization. As the human resources is the first priority in alternatives in capacity building on coastal management in East Coast North Sumatera Province are directing for competency improvement, income generating, carerr creation and human resources skill achivement regularly and measurable. The criteria of capacity building coastal management are economic element, social element and ecology element. It means the three elements are important when efforts for capacity building coastal management will be conducted. The reaching of sustainable development in coastal management in East Coast North Sumatera Province will propose eleven strategies. Fokus penelitian ini adalah pengembangan kapasitas perencanaan untuk mencapai pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Tujuan penelitian adalah untuk merumuskan konsep pengembangan kapasitas perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang mampu menjaga kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat pesisir. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Asahan, pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara yang merupakan lokasi kegiatan Marine Coastal Resource Management Program (MCRMP). Penelitian ini dilakukan dengan metode analitis deskriptif komparatif, dan dianalisis secara kualitatif dan juga kuantitatif. Untuk menentukan prioritas kebijakan yang akan dipilih, dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan rusaknya ekosistem mangrove sangat erat terkait dengan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir. Rendahnya kondisi sosial ekonomi ini terkait erat dengan rendahnya kapasitas perencanaan daerah dalam mengelola wilayah pesisir di pantai Timur Sumatera Utara. Kondisi sosial budaya dan pola pemanfaatan terhadap sumberdaya alam termasuk kategori cukup baik. Namun untuk indikator pemanfaatan sumberdaya laut dan kawasan pesisir termasuk kategori rendah. Kondisi ini kurang terkait dengan kapasitas perencanaan dalam pengelolaan wilayah pesisir yang rendah. Tidak ada perbedaan yang signifikan kondisi sosial ekonomi, sosial budaya, dan pola pemanfaatan sumberdaya alam pesisir antara desa dengan program MCRMP dan desa tidak melaksanakan program MCRMP. Berdasarkan metode AHP diperoleh prioritas strategi yang harus dilakukan dalam rangka pengembangan kapasitas perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yaitu elemen SDM merupakan prioritas pertama dalam alternatif pengembangan kapasitas perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara, disusul oleh kerjasama, aturan dan organisasi. Menempatkan SDM sebagai prioritas utama dalam alternatif pengembangan kapasitas perencanaan tentunya diarahkan pada peningkatan kompetensi, peningkatan pendapatan serta pembinaan karir dan kemampuan SDM secara teratur dan terukur. Kriteria pengembangan kapasitas perencanaan wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara adalah elemen ekonomi, elemen sosial, dan elemen ekologi. Ini artinya ketiga elemen ini menjadi bagian penting ketika upaya pengembangan kapasitas perencanaan wilayah pesisir akan dilakukan. Untuk dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara adalah dengan meningkatkan kapasitas perencanaan daerah dengan mengusulkan sebelas strategi. 058106003
Link : http://www.researchgate.net/publication/45172565_pengembangan_kapasitas_perencanaan_daerah_dalam_pengelolaan_pesisir_secara_terpandu_di_pantai_timur_propinsi_sumatera_utara

Contoh Perancangan perencanaan kapasitas produksi di PT Solo Murni


Perancangan perencanaan kapasitas produksi di PT Solo Murni


PT Solo Murni merupakan perusahaan percetakan dan penjilidan yang
menghasilkan produk-produk stationary. Keterlambatan waktu pemenuhan order
menjadi salah satu masalah yang dihadapi perusahaan. Permasalahan ini
disebabkan oleh target waktu dan target produksi yang kerap kali tidak tercapai.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis merancang perencanaan kapasitas yang
tersedia sebagai suatu usulan perbaikan.
Perancangan ini diawali dengan pengenalan karakteristik proses produksi
dan evaluasi sistem perencanaan yang ada. Kemudian penulis melakukan analisis
kapasitas untuk setiap work centre dan merancang suatu tabel perencanaan
kapasitas produksi. Hasil perancangan ini adalah kepastian waktu penyelesaian
order untuk setiap golongan produk yang diperoleh dari hasil perhitungan pada
tabel.
Author
• (25401087) NANCY CHRISTINA
Contributor
• (02-031) Herri Christian Palit
• (04-017) Zeplin Jiwa Husada Tarigan
Publisher
Universitas Kristen Petra
Year : 2005
Subject
1. PRODUCTION MANAGEMENT
Keyword
production capacity planning, order processing time
Category
s1 - Skripsi/Undergraduate Thesis (Program Studi Teknik Industri S1)
Language
Indonesian
Rights
Skripsi No.01040983/ND/2005; Nancy Christina (25401087)
The resource(s) is/are owned by the Creator/Contributor.Reproduction & distribution for non-commercial purposes is permitted provided that the credit for the Creator/Contributor and the source are explicitly stated,and no alteration are made

CAPACITY PLANNING AND SUPPLIES PLANNING

CAPACITY PLANNING AND SUPPLIES PLANNING
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18658

1. PRODUCTION PLANNING INVENTORY CONTROL (PPIC)

ADALAH :
Suatu ilmu yang mengajarkan bagaimana mengendalikan peren-canaan proses produksi mulai pengadaan material hingga proses tersebut selesai. 

2. FUNGSI UTAMA:
a. PERENCANA (PLANNER)
Merencanakan kebutuhan bahan baku suatu proses, kapasitas mesin / proses itu sendiri, waktu penyelesaian hingga menjadi barang jadi ( Finished Good )
b. PENGENDALI ( CONTROL )
Mengendalikan atau mengontrol apa yang telah direncanakan dalam suatu proses produksi



3. PROSES PRODUKSI :
Berdasar sifat produk, proses produksi dapat dibedakan menjadi :
a. MAKE TO STOCK
Proses produksi yang dilakukan dengan tujuan adalah membuat stock barang, baik itu barang setengah jadi (WIP) maupun barang jadi (Finished Good)
Proses ini biasanya dilakukan untuk suatu perusahaan produksinya bersifat massal (Mess Product)
Misal : Pabrik Semen
b. ASSEMBLE TO ORDER
Proses produksi yang dilakukan dengan cara asembling (perakitan) dari barang setengah jadi (WIP) menjadi barang jadi, sesuai permintaan.
Misal : Pabrik perakitan mobil CKD (Complete Knock Down)
c. ENGINEERING TO ORDER 
Proses produksi yang dilakukan sesuai pesanan khusus customer
Misal : Pabrik Kereta Api 

4. PRODUCTION PROCESS DESIGN
Berdasar tujuan produk, dapat dibedakan menjadi :
a. MESS PRODUCTION
Proses produksi yang dilakukan secara kontinyu / terus-menerus dan hasil produksinya adalah produk massal (mess product)
Pada mess product ini, produksinya biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar / untuk membuat stock, bukan atas dasar pesanan khusus
Misal : BBM
b. LOT / BATCH ORDER
Proses produksi yang dilakukan berdasar Lot atau Batch pada setiap produknya.
Pada proses produksi ini, biasanya terjadi pada produk-produk yang ordernya terbatas jumlah dan waktu atau bisa juga disebut premium order
Misal : Produk promo dari pasta gigi
c. SPECIAL ORDER / JOB ORDER
Proses produksi yang dilakukan karena adanya permintaan / pesanan khusus dari customer, dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh customer pula.
Misal : Perusahaan yang khusus pada bidang percetakan


5. INTRODUCTION CAPACITY PLANNING
Sebelum melakukan proses produksi, mutlak diperlukan PERENCANAAN KAPASITAS.
Perencanaan kapasitas yang dilakukan meliputi :
a. KAPASITAS MATERIAL
- KETERSEDIAAN BAHAN BAKU
- SUPPLY BAHAN BAKU DARI CUSTOMER > LEAD TIME SUPPLIER
b. KAPASITAS SUMBER DAYA (RESOURCES)
- MESIN
- MANUSIA
- TENAGA / LISTRIK, DLL (MISAL UNTUK PERUSAHAAN TANPA PLN/PGN)
- KEUANGAN
Dengan melakukan perencanaan yang memperhitungkan kapasitas, maka akan muncul yang disebut Lead Time Proses Produksi.

LEAD TIME PROSES PRODUKSI 

Adalah waktu yang diperlukan untuk membuat suatu produk, dihitung mulai dari ketersediaan bahan baku (Raw Material) hingga menjadi barang jadi (Finished Good) yang siap dikirim ke customer

Dalam realita proses produksi, lead time diperlukan :

a. MEMBUAT PLANNING PRODUKSI SECARA DETAIL
Dengan lead time akan diketahui urut-urutan proses produksi dari customer satu ke customer lain
b. MEMBUAT KONFIRMASI
Konfirmasi penyelesaian terhadap order yang diterima dari customer, mutlak diperlukan terutama untuk perusahaan yang sifatnya special order / job order


CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS PROSES PRODUKSI :
PRODUK CETAK 50.000 SHEET 4 UP = 200.000 PCS.
BERAPA LAMA DISELESAIKAN ?
KEBUTUHAN MESIN POTONG
KEBUTUHAN MESIN CETAK
KEBUTUHAN MESIN PUNCHING / PLONG
KEBUTUHAN MESIN LEM

1.) Mesin potong
Misal :
kertasnya DPC( DUPLEC ) 400 gsm > 0,55 mm
Jarak antara pisau potong dan meja 15 cm = 150 mm 
150 mm : 0,55 mm = 270 lembar
Produk cetak 50.000 sheet : 270 lembar = 185 kali potong
Misal 1 kali potong = 6 menit
Untuk 50.000 lembar = 185 kali potong x 6 menit = 18,5 jam
Misal 1 hari 2 shift > untuk 50.000 sheet butuh 3 shift

2.) Mesin cetak 
Misal : 
Kecepatan cetak = 6000 sheet/jam
Order 50.000 sheet = 8,5 jam > 1,5 shift

3.) Mesin plong
Misal : 
Kecepatan plong = 3500 sheet/jam
Order 50.000 sheet : 3.500 =14,2 jam > 2,5 shift

4.) Mesin lem 
misal : kecepatan mesin 120 meter/jam
panjang produk 20 cm
dalam 1 meter = 5 pcs 
120 x 5 pcs/menit = 600 pcs/menit
600 x 60 menit/jam = 36.000 pcs/jam

Order 200.000 : 36.000 = 5,6 jam > 1 shift 

Jadi lama pengerjaan ;
• Mesin potong : 3 shift
• Mesin cetak : 1,5 shift
• Mesin plong : 2,5 shift
• Mesin lem : 1 shift

Jumlahnya : 8 shift = 4 hari

sumber informasi : http://grafiscetak.blogspot.com/2011/02/capacity-planning-and-supplies-planning.html